Minggu, 20 November 2011

Yang Penting Justru Adab

"Yang terpenting bukannya tercapainya apa
yang engkau cari, tetapi yang penting adalah
engkau dilimpahi rizki adab yang baik"
Dalam ajaran thariqat Sufi, adalah yang
terpenting bukannya tercapainya apa yang
engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau
dilimpahi rizki adab
yang baik terwujudnya apa yang diinginkan
(sukses), tetapi lebih penting dari itu semua
kita dikaruniai adab yang bagus. Baik adab
dengan Allah, adab dengan Rasulullah saw, adab
dengan para Syeikh, para Ulama, adab dengan
sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adan
dengan sesama makhluk Allah Ta'ala.
Apa yang ada di sisi Allah swt, tidak bisa
diraih dengan berbagai upaya sebab akibat,
namun kita harus mewujudkan adab yang baik
di hadapanNya, karena dengan adab itulah
ubudiyah akan terwujud. Allah swt, berfirman:
"Agar Allah menguji mereka, manakah diantara
mereka yang terbaik amalnya." (Al-Kahfi: 7),
Allah tidak menyebutkan bahwa yang terbaik
itu adalah yang terbanyak suksesnya, juga
bukan yang terbaik adalah raihan besarnya.
Rasulullah saw, bersabda: "Taqwalah kepada
Allah dimana pun engkau berada, dan ikutilah
keburukan itu dengan kebajikan, sehingga
keburukan terhapus. Dan bergaullah dengan
sesama manusia dengan akhlak yang baik." (Hr.
Imam Ahmad, dan At-Tirmidzy).
Seluruh proses adab itu adalah menuju
keserasian dengan sifat-sifatNya, dan inilah
yang disebutkan selanjutnya oleh Ibnu
Athaillah:
"Tak ada yang lebih penting untuk anda cari
disbanding rasa terdesak, dan tidak ada yang
lebih mempercepat anugerah padamu ketimbang
rasa hina dan rasa faqir padaNya."
Sikap terdesak, hina, fakir, itulah yang
membuat anda terus kembali kepada Allah swt
tanpa sedikit pun faktor yang menyebabkan
rasa tersebut muncul. Dan sebaik-baik waktu
tentu saja, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu
Atyhaillah dalam Al-Hikam pula adalah waktu
dimana anda menyaksikan sifat butuh anda
kepada Allah, dan dikembalikan pada wujud
hinamu di hadapanNya.
Para sufi sering bersyair:
Adab sang hamba adalah rasa hinanya
Sang hamba tak pernah meninggalkan adab
Sang hamba jika sempurna rasa hinanya
Sang hamba meraih cinta dan kedekatannya.
Hajat manusia bertingkat-tingkat, Ada hajat
dunianya, ada hajat akhiratnya, ada hajat
meraih anugerahNya, ada hajat hanya kepada
Allah swt, saja.
Tentu hajat tertinggi adalah menuju dan
wushul kepada Allah Ta'ala, dan itu semua
harus diraih dengan rasa butuh yang sangat,
rasa hina dan fakir. Kepada Allah ta'ala.
Pernah dikatakan kepada Abu Yazid,
"Pekerjaanmu senantiasa dipenuhi dengan rasa
bakti, bila engkau menghendakiKu maka engkau
harus datang dengan rasa hina dan butuh."
Diantara makna berguna dari rasa butuh itu
adalah:
1) Rasa berpaling dari makhluk Allah Ta'ala
secara total,
2) Menghadap Allah dengan total pula,
3) Sang hamba berhenti di batasNya tanpa
membuat pengakuan sedikit pun.
Tiga hal yang merupakan jumlah kebajikan dan
kesempurnaan.

sumber : sufinews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar