Minggu, 20 November 2011

Kenapa Amalan diterima ?

“Kalau bukan karena indahnya tutupnya Allah
swt, maka tak satu pun amal
diterima.”Kenapa demikian? Sebab nafsu
manusia senantiasa kontra dengan kebajikan,
oleh sebab itu jika mempekerjakan nafsu,
haruslah dikekang dari sifat atau karakter
aslinya.
Dalam firmanNya: “Siapa yang yang menjaga
nafsunya, maka mereka itulah orang-orang
yang menang dan bahagia.”(Al-Hasyr 9)
Nafsu, ketika masuk dalam kinerja amaliah,
sedangkan nafsu itu dasarnya adalah cacat,
maka yang terproduksi nafsu dalam beramal
senantiasa cacat pula. Kalau toh dinilai
sempurna, nafsu masih terus meminta imbal
balik, dan menginginkan tujuan tertentu,
sedangkan amal itu inginnya malah ikhlas. Jadi
seandainya sebuah amal diterima semata-
mata bukan karena amal ansikh, tetapi karena
karunia Allah Ta’ala pada hambaNya, bukan
karena amalnya.
Abu Abdullah al-Qurasyi ra mengatakan,
“Seandainya Allah menuntu ikhlas, maka
semua amal mereka sirna. Bila amal mereka
sirna, rasa butuhnya kepada Allah Ta’ala
semakin bertambah, lalu mereka pun melakukan
pembebasan dari segala hal selain Allah swt,
apakah berupa kepentingan mereka atau
sesuatu yang diinginkan mereka.”
Oleh sebab itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“Anda lebih butuh belas kasihan Allah swt,
ketika anda sedang melakukian taat, dibanding
rasa butuh belas kasihNya ketika anda
melakukan maksiat.” Kebanyakan manusia
memohon belas kasihan kepada Allah Ta’ala
justru ketika ia menghadapi maksiat, dan
merasa aman ketika bisa melakukan taat
ubudiyah. Padahal justru yang lebih dibutuhkan
manusia adalah Belas Kasih Allah ketika sedang
taat. Karena ketika sedang taat, para hamba
sangat rawan “taat nafsu”, akhirnya
seseorang terjebak dalam ghurur, atau
tipudaya dibalik amaliyahnya sendiri.
Rasulullah saw, bersabda:
“Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada
salah seorang Nabi dari para NabiNya:
“Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang
tergolong shiddiqun, jangan sampai mereka
tertimpa tipudaya. Sebab Aku, bila
menegakkan keadilanKu dan kepastian hukumKu
kepada mereka, Aku akan menyiksa mereka,
tanpa sedikit pun aku menzalimi mereka. Dan
katakanlah kepada hambaKu yang ahli dosa,
janganlah mereka berputus asa, sebab tak ada
dosa besar bagiKu manakala Aku
mengampuninya.”
Bahkan Abu Yazid al-bisthami ra mengatakan:
“Taubat dari maksiat bisa sekali selesai,
tetapi taubat karena taat bisa seribu kali
pertaubatan.”
Mengapa kita harus lebih waspada munculnya
dosa dibalik taat? Karena nafsu dibalik maksiat
itu jelas arahnya, namun nafsu dibalik taat
sangat lembut dan tersembunyi.
Diantara nafsu dibalik taat yang menimbulkan
dosa dan hijab antara lain:
1. Mengandalkan amal ibadahnya, lupa kepada
Sang Pencipta amal.
2. Bangga atas prestasi amalnya, lupa bahwa
yang menggerakkan amal itu bukan dirinya,
tetapi Allah swt.
3. Selalu mengungkit ganti rugi, dan banyak
tuntutan dibalik amalnya.
4. Mencari keistemewaan amal, hikmah dibalik
amal, lupa pada tujuan amalnya.
5. Merasa lebih baik dan lebih hebat dibanding
orang yang belum melakukan amaliyah seperti
dirinya.
6. Seseorang akan kehilangan kehambaannya,
karena merasa paling banyak amalnya.
7. Iblis La’natullah terjebak dalam
tipudayanya sendiri, karena merasa paling
hebat amal ibadahnya.
8. Menjadi sombong, karena ia berbeda dengan
umunya orang.
9. Yang diinginkan adalah karomah-karomah
amal.
10. Ketika amalnya diotolak ia merasa amalnya
diterima.

sumber: sufinews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar