Minggu, 20 November 2011

Bukti Kewalian

Maha Suci Allah Dzat yang tidak menjadikan
bukti atas para waliNya, kecuali bukti itu
mengarah padanya (karakteristiknya), dan Allah
swt tidak menyambungkan pada mereka
(mengenalkan pada mereka) kecuali pada orang
yang dikehendaki untuk sambung kepadaNya.
Ibnu Athaillah as-Sakandary dalam memasuki
ungkapan hikmah ini diawali dengan tasbih
kepada Allah Swt, semata karena tiga faktor:
Merasakan keagungan dan kebesaran
perkaraNya,
Mengingatkan bahwa para wali Allah itu
disucikan melalui penyucianNya.
Isyarat tidak adanya kesamaan indikator dari
ungkapan rasa dan tujuan ucapan, sebagaimana
Allah Swt tidak dikenal kecuali dari yang
tampak dari tindakanNya, begitu juga wali
tidak dikenal kecuali dari sifat-sifatnya yang
tampak, juga mengenal wali itu tidak bisa
digambarkan kecuali setelah mengenal Allah
Swt, yaitu futuh dari Allah Swt.
Dalam kitab at-Tanswir, Ibnu Athaillah
menegaskan, “Dan hal demikian, dikarenakan
iman itu disebabkan oleh keterbukaan dari
Allah Swt, sehingga tidak akan ada iman
kecuali karena dibuka oleh Allah Swt.”
Wali itu sendiri menurut Syeikh Zarruq r.a.
dikenal melalui tiga karakter:
Memprioritaskan Allah Swt.
Berpaling (hatinya) dari makhluk.
Disiplin terhadap Sunnah dengan benar.
Abu Ali al-Jurjany mengatakan, “Sang wali
senantiasa fana’ dalam ruhaninya, Baqa’
dalam musyahadah kepada Allah Swt, dan Allah
Swt memberikan limpahan pengaturan,
sehingga cahaya-cahaya kewaliannya melimpah
padanya. Kemudian ia tidak memiliki kabar dari
dirinya, dan tidak memiliki tempat berteguh
kecuali hanya pada Allah Swt. Dan dalam
Isyarah dari Allah Swt, bahwa Auliya’ Aku
sebut sebagai Auliya’ karena mereka mereka
hanya (cinta) kepadaKu, bukan pada yang lain
(makhluk) “
Simpulnya sang wali itu senantiasa
mendapatkan limpahan ruhani dari Allah Swt,
sehingga tak pernah sekalipun meninggalkan
Allah Swt untuk selain Allah Swt., lahir
maupun batin. Allah Swt, melimpahkan
kewalian dan tak pernah menanjak pada yang
lainNya, dan karena itulah yang terpenting
mereka ini senantiasa dijaga oleh Allah Swt,
dan bersambung dengan Allah Swt menurut
kadar dan bagian masing-masing.
Siapa pun tidak akan sampai mengenal para
wali itu, sepanjang ia tidak wuquf (perteguh)
pada perintah dan menjauhi larangannya,
berkait dengan hasrat dan ruhaninya, karena
itu –tidak diragukan lagi– merupakan kunci
wushul pada Allah Swt.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan,
“Bersamalah kalian dengan Allah Swt, bila
kalian tidak bisa bersamaNya, bersamalah
dengan orang yang bersama Allah Swt, karena
ia menyambungkan dirimu denganNya.”
Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily r.a.
mengatakan, “Bergabunglah (bergurulah) pada
orang yang apabila ia menyebut senantiasa ia
mengingat Allah, sesungguhnya Allah Swt
mencukupinya ketika ia hadir, dan menjadi
Penggantinya ketika ia tidak ada. Ungkapannya
adalah cahaya bagi hati, dan penyaksiannya
merupakan kunci-kunci rahasiaNya.”

sumber: sufinews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar