Minggu, 20 November 2011

Kesiapan Menerima Pancaran Anugrah

“Orang yang alpa adalah orang yang
memandang apa yang bakal dikerjakan nanti,
dan orang yang berakal sehat adalah orang
yang memandang apa yang bakal diberlakukan
padanya oleh Allah swt.” Orang yang
senantiasa membuat angan-angan apa yang
akan dikerjakan, apa yang akan dilakukan,
sesungguhnya tergolong orang alpa. Kenapa
demikian? Karena ia lupa bahwa Allah swt, lah
yang sedang memberlakukan semua itu. Ketika
anda sedang menunggu atau merenung apa yang
bakal dilakukan, apakah itu soal dunia atau soal
agama, pada saat yang sama, dimanakah peran
Allah tiba-tiba hilang begitu saja?
Kenapa dmeikian? Karena orang tersebut pasti
sangat bergantung dan mengandalkan amal
usahanya, maka ia senantiasa tidak akan
meraih kesempurnaan selamanya.
Sedangkan orang yang berakal sehat, akan
meninggalkan semua itu, mengembalikan pada
kepasrahan dan kerelaan dirinya kepada Allah
atas apa yang dikehendakiNya. Ia tidak berbuat
pada waktunya kecuali atas perintahNya.
Abu Ayyub as-Sikhtiyani ra mengatakan,
“Bila tak ada yang kau kehendaki maka
kembalikan apa adanya.”
Umar bin Abdul aziz ra, mengatakan, “Di pagi
hari, tak ada kegembraan bagiku kecuali pada
tempat-tempat takdirNya.”
Syeikh abu Madyan ra mengatakan,
“Berhasratlah untuk menjadi pasrah total,
siapa tahu Allah melihatmu lalu Allah
merahmatimu.”
Abdul Wahid bin Zaid mengatakan, “Ridlo itu
adalah Pintu Allah paling agung dan tempat
istirahatnya ahli ibadah serta syurga dunia.”
Guruku ra, manakala aku masuk di hadapannya
selalu menyanyikan syair ini, dan syair ini
dipeuntukkan kaum ‘arifin:
Ikutilah desau ketentuanNya
Ikutilah pusarannya kemana berputar.
Pasrahkan padanyadengan total
Berjalanlah kemana ia bergerak.
Jika mengikuti penekatan al-Hikam, betapa
banyaknya orang yang alpa di abad ini. Semua
mereka lakukan tanpa rasa yaqin kepada Allah
Ta’ala, tetapi mereka melakukan aktivitas
agama dan dunia semata karena kecemasan
dirinya. Rasa cfemas adalah akibat dari
ketergantungannya atas perbuatannya sendiri.
Bukan pada Allah Rabbul ‘Izzah.
Oleh sebab itu Al-Hikam melanjutkan:
“Sesungguhnya para hamba dan kaum zuhud
itu merasa cemas dan gentar dari segala hal,
semata karena hilangnya mereka dari Allah
Ta’ala dalam segala hal. Apabila mereka
menyaksikan Allah dalam segala hal, sedikit
pun mereka tak pernah gentar.”
Kecemasan muncul akibat fenomena yang
terjadi dan yang bakal terjadi. Namun
dipandangnya semua itu dari segi wujudnya
fenomena kehidupan, kenyataan, realitas, dan
benda-benda serta makhluk yang dihadapi.
Kecemasan akan sirna manakala seseorang bisa
memandang Allah dibalik segala hal yang ada.
Abul Abbas al-Hadhramy mengatakan, “Bukan
disebut sebagai lelaki sejati, orang yang tidak
berani memasuki kegelapan, juga bukan yang
memasuki kegelapan dengan kegelapan. Tetapi
lelaki sejati adalah yang memasuki kegelapan
dengan cahaya.”
Beliau juga mengatakan, “Bukan disebut lelaki
sejati orang yang tahu bagaimana pisah dari
dunia, lalu ia meninggalkan dunia. Tetapi lelaki
sejati adalah orang yang mengetahui bagaimana
menahan dunia, lalu ia sukses menahannya.”

sumber: sufinews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar