Minggu, 20 November 2011

Adab Bagi yang Tersingkap Alam Ghoib

"Kadang-kadang Allah Swt memperlihatkan
padamu alam Malakutnya yang ghaib, dan
(namun) Allah Swt menutup dirimu dari melihat
rahasia-rahasia hambaNya."
Diantara kasih sayang Allah Swt pada hamba-
hambaNya, terkadang, Allah Swt membuka
rahasia-rahasia alam malakut pada si hamba
itu, berupa rahasia ilmu pengetahuan dan detail
kema’rifatan, sampai nyata betul, bahkan
anda pun meraih apa yang tak bisa dibayangkan
oleh mata, tak pernah terdengar telinga dan
tak pernah muncul dalam intuisi sekali pun.
Namun pada saat yang sama, Allah Swt, justru
menutup rahasia-rahasia yang ada pada
hamba-hambaNya, karena rahmat dan
cintaNya kepadaMu agar kalian tidak terpedaya
oleh pandangan meneliti rahasia para
makhlukNya dan hamba-hambaNya. Allah Swt
sedang memberikan pelajaran mulia kepadamu
dengan cara menghindarkan dirimu memandang
rahasia makhluk lain.
Dan jika seseorang diperlihatkan rahasia
makhluk Allah Swt, maka harus ada adab dan
akhlaq yang dijalani. Sebagaimana ungkapan
berikut ini:
“Barang siapa yang dibukakan Allah Swt
rahasia-rahasia hambaNya, namun orang itu
tidak berakhlak dengan Rahmat Ilahiyah, maka
wujud penglihatan rahasia itu justru akan
menjadi fitnah (cobaan) bagi dirinya sendiri,
dan menjadi faktor yang menyebabkan
terjadinya cobaan bencana baginya.”
Banyak orang yang dibukakan oleh Allah Swt,
tentang rahasia-rahasia hambaNya, namun
betapa orang itu malah mendapat cobaan yang
serius, hanya karena ia sendiri tidak
menerapkan Akhlaq Rahmat Ilahiyah. Diantara
cobaan yang muncul adalah tragedi ruhaninya
sendiri berupa kesombongan, kekaguman pada
diri sendiri, dan memanfaatkan nya untuk
kepentingan duniawinya.
Padahal rahasia Allah itu ditampakkan padanya,
agar ia menjalankan fungsi Rahmatan
Lil’alamin melalui akhlak Rahmat Ilahiyahnya,
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Athaillah as-
Sakandary.
Orang yang berakhlak dengan Rahmat Ilahiyah
adalah orang yang memiliki keluasan kasih
sayang terhadap hamba-hamba Allah Ta’ala,
dan manusia merasakan hamparan kasih
sayangnya dan perilaku akhlaknya. Ia telah
menjadi bapak bagi mereka. Inilah yang
diteladankan Nabi Saw, dalam Al-Qur’an,
“Dan ia penuh kasih sayang kepada kaum
beriman.” (Q.s. Al-Ahzaab:43)
Sang Nabi Saw, memaafkan orang-orang yang
berbuat salah dan dosa, menyayangi dan
mengasihi orang miskin, dan menjabat tangan
orang-orang yang bodoh serta berbuat baik
pada orang-orang yang berbuat buruk.
Sebab sebagaimana dikatakan oleh Ummul
Mu’minin, ra, “Akhlaknya adalah Al-
Qur’an”, dan beliau membaca ayat,
“Ambillah maaf, dan perintahlah dengan baik,
dan berpalinglah dari orang-orang yang
bodoh.” (Q.s. Al-A’raaf:7).
Orang yang berakhlak demikian, berarti
ketersingkapannnya merupakan kemuliaan
baginya dan rahmat bagi hamba-hambaNya.
Jika tidak, maka ia akan teruji oleh fitnah
dalam dirinya seketika dan di akhirat kelak:
Pertama, ia merasa lebih hebat dan lebih
bersih dibanding yang lain dengan kelebihan-
kelebihannya.
Kedua, ia telah mempersempit rahmat dan
kasih sayang Allah pada hamba-hambaNya.
Ketiga, ia telah menyakiti hamba-hamba Allah
dengan membuka rahasia-rahasia
kelemahannya, dan inilah awal bencana.
Maka penyair Sufi mengatakan:
Tebarlah kasih sayang, wahai anakku
Pada semuanya, dan lihatlah
Pada mereka dengan mata kinasih yang lembut
Hormati yang tua, kasihi yang muda
Jagalah hak akhlak pada setiap makhluk.

sumber: sufinews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar