Senin, 14 November 2011

SYEH ABUL HASAN ASY-SYADZILI

Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak
meninggalkan karya tasawuf, begitu juga
muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya
sebagai ajaran lisan tasawuf, Doa, dan hizib.
Ibn Atha'illah as- Sakandari adalah orang yang
pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-
pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga
kasanah thoriqot Syadziliyah tetap terpelihara.
Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali
menyusun karya paripurna tentang aturan-
aturan thoriqot tersebut, pokok-pokoknya,
prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan
setelahnya.
Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha'illah,
thoriqot Syadziliyah mulai tersebar sampai ke
Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak
sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi
individualistik, hampir-hampir mati, meskipun
tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan
pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak
mengenal atau menganjurkan murid-muridnya
untuk melakukan aturan atau ritual yang khas
dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan
populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-
muridnya tetap mempertahankan ajarannya.
Para murid melaksanakan Thoriqot Syadziliyah
di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa
mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Sebagai ajaran Thoriqot ini dipengaruhi oleh
al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan
as-Syadzili kepada murid-muridnya:
"Seandainya kalian mengajukan suatu
permohonanan kepada Allah, maka
sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali".
Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-
Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu.
Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki,
mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab
tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya,
karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-
Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa
karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-
Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn
Atah'illah.
Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin,
yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara'
dan Istiqamah dalam menjalankan perintah
Allah swt.
Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam
ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan
dengan selalau bersikap waspada dan
bertingkah laku yang luhur.
Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam
penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku
sadar dan berserah diri kepada Allah swt
(Tawakkal).
Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan
maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan
menerima apa adanya (qana'ah/ tidak rakus)
dan menyerah.
Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan
senang maupun dalam keadaan susah, yang
diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam
keadaan senang dan berlindung kepada-Nya
dalam keadaan susah.
Kelima sendi tersebut juga tegak diatas lima
sendi berikut:
Semangat yang tinggi, yang mengangkat
seorang hamba kepada derajat yang tinggi.
Berhati-hati dengan yang haram, yang
membuatnya dapat meraih penjagaan Allah
atas kehormatannya.
Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai
hamba, yang memastikannya kepada pencapaian
tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.
Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang
menyampaikannya kepada kebahagiaan hidupnya.
Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang
membuatnya selalu meraih tambahan nikmat
yang lebih besar.
Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal
terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan
akibat yang mungkin terjadi pada masa yang
akan datang) merupakan salah satu pandangan
Thoriqot ini, yang kemudian diperdalam dan
diperkokoh oleh Ibn Atha'illah menjadi doktrin
utamanya. Karena menurutnya, jelas hal ini
merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang
harus dilakukan manusia adalah hendaknya ia
menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa
dilakukan pada masa sekarang dan hendaknya
manusia tidak tersibukkan oleh masa depan
yang akan menghalanginya untuk berbuat
positif.
Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad
ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w.
790 H), salah seorang pensyarah kitab al-
Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran
Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita
haruslah berupa pikiran tentang kemurahan
hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa
kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan
mengikatkan diri kita kepada Allah dengan
suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan
memohon kepada-Nya agar memberi syukur
kepada kita."
Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang
mutlak dalam Thoriqot, secara umum pada pola
dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan
Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam
lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris
yang saling berhadapan, dan syekh di pusat
lingkaran atau diujung barisan. Khusus
mengenai dzikir dengan al-asma al-husna
dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang
pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk
mengajari dan menuntun murid. Sebab
penerapan asma Allah yang keliru dianggap
akan memberi akibat yang berbahaya, secara
rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun
terhadap orang-orang disekelilingnya.
Beberapa contoh penggunaan Asma Allah
diberikan oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-
Latif," Yang Halus harus digunakan oleh
seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang
berusaha mempertahankan keadaan
spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai
membuat sang sufi dicintai oleh semua
makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus
dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta
Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-
Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan
dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh
orang yang arif yang telah mencapai tingkatan
yang tinggi.
Thoriqot Syadziliyah terutama menarik
dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat,
dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan
yang tidak begitu membebani pengikutnya
dengan ritual-ritual yang memberatkan
seperti yang terdapat dalam Thoriqot-Thoriqot
yang lainnya. Setiap anggota Thoriqot ini wajib
mewujudkan semangat Thoriqot didalam
kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan
mereka tidak diperbolehkan mengemis atau
mendukung kemiskinan. Oleh karenanya, ciri
khas yang kemudian menonjol dari anggota
tareqat ini adalah kerapian mereka dalam
berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol
dari Thoriqot ini adalah "ketenangan" yang
terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya,
misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A
Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat
dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu
oleh para anggota Thoriqot ini. Kitab ar-Ri'ayah
karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang
telaah psikologis mendalam mengenai Islam di
masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub
karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-
Ghozali. Ciri "ketenangan" ini tentu sja tidak
menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair
yang membutuhkan cara-cara yang lebih
menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang
Benar.
Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-
Qusyairy serta Khatamul Auliya'nya, Hakim
at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh
para pengikut tareqat ini adalah keyakinan
mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti
ditakdirkan menjadi anggota Thoriqot ini sudah
sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa
Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi
pengikut tareqat ini.
Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah,
Martin menyebutkan bahwa pengamalan Thoriqot
ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih
bersifat individual, dan pengikutnya relatif
jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan
yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para
anggotanya hanya membaca secara individual
rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb),
dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan
megis. Para pengamal Thoriqot ini mempelajari
berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui
pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang
guru yang berwewenang dan dapat memelihara
hubungan tertentu dengan guru tersebut,
walaupun sama sekali hampir tidak merasakan
dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah
Thoriqot.
Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, disamping Hizib
al-Hafidzah, merupaka salah satu Hizib yang
sangat terkenal dari as-Syadzilli. Menurut
laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya
oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai
mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama
dugunakan untuk melindungi selama dalam
perjalanan. Ibnu Batutah menggunakan doa-doa
tersebut selama perjalanan-perjalanan
panjangnya, dan berhasil. Dan di Indonesia,
dimana doa ini diamalkan secara luas, secara
umum dipercaya bahwa kegunaan megis doa ini
hanya dapat "dibeli" dengan berpuasa atau
pengekangn diri yang liannya dibawah
bimbingan guru.
Hizib-hizib dalam Thoriqot Syadzilliyah, di
Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota
Thoriqot lain untuk memohon perlindungan
tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan
hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang
dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di
Banten utara yang dihubungkan dengan Thoriqot
Qadiriyah.
Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah
doa yang sederhana, ia secara kebaktian tidak
begitu mendalam; ia lebih merupakan mantera
megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism
Allah A'zhim) dan, apabila dilantunkan secara
benar, akan mengalirkan berkan dan menjamin
respon supra natural. Menyangkut pemakaian
hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat
biasnya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-
hizib (Azhab), dan wirid-wirid dalam Thoriqot
dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan
personalnya. Akan tetapi mereka tidak
menyetujui murid-murid mereka
mengamalkannya tanpa wewenang, sebab murid
tersebut sedang mengikuti suaru pelatihan dari
sang guru.
Thoriqot ini mempunyai pengaruh yang besar di
dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di
Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania
Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa
tempat yang lainnya termasuk di Amerika
Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang
merupakan awal mula penyebaran Thoriqot ini,
Thoriqot ini mempunyai beberapa cabang,
yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-
Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah,
al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah,
al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah,
al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.
Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-
Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari
Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik
akan ajaran utama dari Tasawuf atau Thoriqot
Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka,
melainkan juga mengandung doktrin sufistik
yang sangat dahsyat.
[B]Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:
[/B]
[#]Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud
atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih
kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku
memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah
tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah
suara memanggilku, katanya " Jika kau
memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana
memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan
memasang tirai antara kau dan Dia. Namun
memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu
kuat memiliki-Nya."Maka akupun memohon
kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala
puji bagi Tuhan!
[/#]
[#]Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn
Masyisy ra): "Jangan anda melangkahkan kaki
kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkn
keridhoan Allah, dan jangan duduk dimajelis
kecuali yang aman dari murka Allah. Jangan
bersahabat kecuali dengan orang yang
membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan
memilih sahabat karib kecuali orang yang
menambah keyakinanmu terhadap Allah."
[/#]
[#]Seorang wali tidak akan sampai kepada
Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha
ihtiar sendiri.
[/#]
[#]Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu
adalah keinginan tercapainya hajat
kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya
terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan
dari doamu adalah untuk bermunajat kepada
Allah yang memeliharamu dari-Nya.
[/#]
[#]Seorang arif adalah orang yang megetahui
rahasia-rahasia karunia Allah di dalam
berbagai macam bala' yang menimpanya
sehari-hari, dan mengakui kesalahan-
kesalahannya didalam lingkungan belas kasih
Allah kepadanya.
[/#]
[#]Sedikit amal dengan mengakui karunia
Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus
merasa kurang beramal.
[/#]
[#]Andaikan Allah membuka nur (cahaya)
seorang mu'min yang berbuat dosa, niscaya ini
akan memenuhi antara langit dan bumi, maka
bagaimanakah kiranya menjelaskan : "Andaikan
Allah membuka hakikat kewalian seorang wali,
niscaya ia akan disembah, sebab ia telah
mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.

Sumber:Sufi News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar