Senin, 30 Januari 2012

Syaikh Ihsan Ulama' Dari Jampes Kediri

Mengamalkan tareqat berarti berkekalan di
dalam melaksanakan ‘ubudiyyah kepada Allah,
secara zahir dan batin, dengan kesempurnaan
komitmen (iltizam) mengikuti as-Sunnah, dan
menjauhkan segala bid’ah dan segala
kelonggaran (rukhsah), pada setiap gerak dan
diam.
Jalan kita ialah dengan menuruti jejak langkah
baginda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para sahabat. Aku telah dibawakan
ke jalan ini melalui Pintu Kurnia, karena dari
permulaan jalan hingga ke akhirnya, tiada yang
aku lihat melainkan pengaruniaan-
pengaruniaan dari Allah.
Di dalam tarekat ini, pintu-pintu kepada ilmu-
ilmu langit akan dibukakan kepada as-Salikin
yang teguh menuruti jejak langkah Rasulullah
Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengikuti as-
Asunnah adalah cara yang paling utama untuk
membuka pintu-pintu ini.
Orang-orang ahli hikmah mempunyai tiga cara
untuk mencapai Kebenaran (al-haqiqah), iaitu
melalui muraqabah, musyahadah dan
muhasabah.Muraqabah itu ialah tidak melihat
makhluk karena seseorang itu senantiasa sibuk
melihat Sang Pencipta makhluk. Maksud
musyahadah ialah memandang kecemerlangan
nur yang diterima di dalam hati. Dan maksud
muhasabah ialah tidak mengizinkan segala
ahwal yang telah diperoleh, menjadi batu
penghalang bagi mencapai maqam-maqam yang
lebih tinggi.
Para ahlullah itu tidak pernah merasa kagum
dengan amalan-amalan mereka. Mereka
sentiasa beramal demi cinta kepadaNya.
Siapa yang mengambil daripada tangan kami,
dan menuruti jejak langkah kami, dan
mencintai kami, apakah dia itu dekat ataupun
jauh, berada di Timur atau di Barat, maka akan
kami minumkan dia dari Sungai Kecintaan, dan
akan kami berikan dia cahaya pada setiap hari.
Jalan kita ialah melalui pergaulan yang baik.
Mengutamakan diri bisa mengakibatkan
seseorang itu menjadi masyhur dan ini ada
bahaya. Kebaikan terletak di dalam bersahabat.
Siapa yang mengikuti jalan ini akan
memperolehi banyak manfaat dan barakah
melalui pertemuan-pertemuan yang ikhlash
dan yang benar.
Siapa jua yang menziarahi kami tanpa
memperolehi faedah yang mereka perlukan
dibanding kami, sebenarnya, tiadalah mereka
menziarahi kami. Mereka tidak akan merasa
berpuas hati. Siapa yang mempunyai keinginan
untuk berkata-kata dengan kami, kami tidak
akan mendengar apa-apa. Dan siapa pula yang
ingin mendengar daripada kami, kami tidak
mempunyai apa-apa untuk diperdengarkan.
Siapa yang menerima apa yang diberikan tanpa
menganggapnya remeh, akan diberikan
tambahan. Siapa pula yang tidak dapat
menerima apa yang telah diberikan di sini,
tidak akan berupaya menerima apa-apa pun, di
mana-mana pun jua tempatnya.
Ingatkah engkau kepada kisah seorang manusia
yang meminta dirham (duit perak), tetapi dia
telah diberikan dinar (duit emas), karena tidak
ada dirham untuk diberikan kepadanya? Dia
telah berkata, “Apalah gunanya benda ini?
Aku tidak boleh membelanjakannya. Ini bukan
dirham!”.
Dari satu segi, setiap Insan Kamil itu adalah
sama. Ini berarti yang apabila si murid sudah
benar-benar sealiran dengan usaha tarekat
ini, dia boleh berkomuniksai dengan para
masayaikh terdahulu, sebagaimana mereka
sendiri sering berkomuniksai sesama sendiri,
menempuh jarak masa dan tempat.
Tugas-tugas dan amalan-amalan sebuah
tarekat membentuk satu unit. Kebenaran, cara
mengajar dan para murid, membentuk rupa
satu tangan, yang tidak dapat dilihat oleh si
jahil. Karena dia hanya melihat ketidaksamaan
jari-jari, dia tidak dapat melihat kepada
pergerakan padu dari tangan itu (yakni
pergerakan tangan sebagai satu entitas,
sebenarnya terjadi dari pergerakan bersaingan
tetapi berpadu dari jari-jari tangan itu).

smbr SufiNews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar