Selasa, 17 Januari 2012

Syaih Zarruq

Syeikh Zarruq Ulama Sufi yang
Cemerlang dari Fes
Namanya Abul Abbas Ahmad bin Ahmad bin
Muhammad bin Isa. Ia bernasab dengan kabilah
Baranis dari Fes, Marokko, yang kemudian
dinasabkan dengan Al-Burnusy. Panggilannya
adalah Zarruq, dipanggil demikian karena
kakeknya bermata biru.
Syeikh Zarruq dilahirkan hari Kamis ketika
matahari terbit, 28 Muharram tahun 846 H,
atau 1442 Masehi. Demikian disebutkan oleh
Ummul Banin, seorang perempuan ahli fiqih
yang shalihah, nenek dari Syeikh Zarruq.
Setelah dua hari lahir, ia ditinggal wafat oleh
ibundanya, di hari sabtu, dimana usia ibundanya
waktu itu 23 tahun. Setelah itu ganti
ayahandanya wafat, ketika usia jabang bayinya
masih 5 hari. Usia ayahandanya 35 tahun.
Kata Syeikh Zarruq, ayahandanya memberi
nama Muhammad, lalu sepeninggal ayahandanya
oleh neneknya digannti dengan Ahmad. Hingga
Allah memadukan dua nama mulia pada dirinya.
"Aku memilih nama Ahmad karena tiga alasan,"
Syeikh Zarruq:
Pertama, saya senang dengan nama itu,
disamping aku dibesarkan di pangkuan nenekku.
Nenek seorang yang penuh kasih sayang,
seorang yang sangat alim dan shalihah.
Kedua, nama itu begitu kuat, tidak berubah,
bahkan tetap dengan nama itu sepanjang tahun.
Ketiga, nama ahmad adalah nama yang
dikabargembirakan oleh Allah kepada Nabi Isa
as, dan tidak pernah disebutkan sebelum Nabi
dan Rasul sebelum Nabi kita Muhammad saw.
Masa Kecil
Masa kecil Syeikh Zarruq sebagai yatim piyatu,
berada di pangkuan neneknya, seorang faqih
yang shalihah, tumbuh dengan pendidikan yang
sangat bagus, penuh kecerdasan dan perilaku
budi luhur. Sejak kecil ditanamkan iman, dan
kesalehan, terutama dalam disiplin sholat.
"Nenek mengajariku sholat, dan
memerintahkannya ketika usiaku masih 5
tahun. Sejak usia lima tahun aku disiplinkan
sholatku, dan aku belajar menulis di usia itu.
Nenek juga mengajariku tauhid dan tawakkal,
keimanan dan keagamaan dengan cara yang luar
biasa."
Salah satu yang menakjubkan, yang diceritakan
beliau, "Ketika aku masuk di sebuah
perpustakaan, seorang faqih menulis surat
Alamnasyroh di telapak tangan kananku, dengan
tinta dari madu, lalu aku menjilatinya. Pada
saat itulah aku menjadi anak yang paling bagus
hafalannya…. Bahkan aku tidak tahu, kalau aku
tak pernah sekalipun menghafal wahyu sama
sekali, kecuali hanya sehari atau dua hari
saja…"
Masa kecilku tidak pernah bermain-main di
masjid, dan tidak pernah aku berlari-lari di
dalamnya, kecuali satu hari seumur hidupku.
Lantas saat itu jempolku bengkak, keluar ulat
kecil dan bernanah. Aku baru tahu kemudian,
Sunnatullah berjalan, bahwa setiap aku berbuat
salah, langsung diganjar dengan akibatnya
seketika. Aku sakit empat kali di Mesir ini.
Setiap kali sakitku sampai empat bulan baru
sembuh, dan setiap aku sakit tidak sembuh
kecuali setelah makan buah Zaitun Hitam.."
Ketika usia beliau genap 9 tahun, ia dikirim
untuk belajar konveksi, tiga hari selama
seminggu, Kamis, Jum'at dan Senin. Ini
dibelajarkan agar terpadu antara pengetahuan
industri dan agama.
Mendalami Agama
Syeikh Zarruq bercerita, "Berada dalam
didikan nenekku yang faqih, Ummul Banin,
hingga usiaku 10 tahun. Pada saat yang sama
aku sudah hafal Al-Qur'an, dan aku belajar
jahit menjahit. Maka ketika usiaku 16 tahun,
aku dikirim untuk mendalami ilmu agama. Aku
mengkaji kitab Ar-Risalah pada dua Syeikh,
As-Sitththy dan Abdullah al-Fakhkhar.,
dengan kajian yang dalam. Kemudian mendalami
soal macam-macam Qira’at pada Al-Qawry,
az-Zarhuny, orang yang sangat saleh. Juga
pada Al-Majashy, dan Al-Ustadz Asy-Saghir
mengenai bacaan huruf ala Nafi'.
Kamudian aku dalami pengetahuan Tasawuf dan
Tauhid, antara lain Ar-Risalatul Qudsiyah dan
Aqaid ath-Thousy, pada Syeikh Abdurrahman
Al-Majdulisy salah satu murid al-Ubay. Juga
sebagian kajian At-Tanwir (karya Ibnu
Athaillah) pen.) pada Al-Qowry, dari beliau
pula saya belajar Al-Bukhary. Kemudian
belajar fiqih pada Abdul Haq ash-Shughra, dan
Jami at-Tirmidzy. Tak terhingga guru-guru
fiqih maupun tasawufku."
Kelak Syeikh Zarruq dikenal sebagai Mursyid
Thariqah Syadziliyah, dan mensyarahi karya
Ibnu Athaillah as-Sakandary, Al-Hikam.
Diantara keunikan Syarah Syeikh Zarruq,
ketika beliau mensyarahi Al-Hikam sampai
terulang 17 kali. Setiap kali khatam membuat
syarah kitab Al-Hikam selalu hilang, atau
dicuri orang. Dan syarah yang masih utuh
hingga sekarang adalah syarah Al-Hikam yang
ke 17.
Setiap satu syarah yang lalu maupun yang kali
berikutnya selalu berbeda. Itulah misteri Kitab
Al-Hikam.
Murid-muridnya
Diantara para Ulama besar yang menjadi murid
Syeikh Zarruq antara lain: Syeikh Ahmad al-
Manjur, w. 955 h. Syeikh Sams al-Luqqany, w.
935 h. Syeikh Muhammad bin Abdurrahman al-
Hatthab, w. 945 h. Syeikh Zein Thohir Al-
Qisthiny, w. 899. Syeikh Abdul Wahab az-
Zaqqaq, w.961 h. Abu Abdullah Muhammad bin
Abu Jum'ah al-Hibthy, w. 930 h. Abdurrahman
Al-Qinthary as-Sifyany al-Hibthy, 956 h.
Syeikh Abu Abdullah Muhammad bin Ali Al-
Khorruby ath-Tharablusy, w. 963 h.
Muhammad Abul Fadhal Kharuf al-Anshary
at-Tunisy w. 966 h, Abul Hasan Al-Bakry,
seorang pendiri Thariqat Al-bakriyah. Dan
masih banyak lagi yang tak bisa disebut disini.
Karya-karyanya
Begitu banyak karya Syeikh Zarruq, terutama
dalam bidang Tasawwuf, antara lain:
Syarah Hizib Bahrnya Asy-Syadzily
Syarah Aqaidul Ghazaly
Risalah (sebuah surat panjang yang ditujukan
kepada para pengikut Thariqah Zarruqiyah
Syadziliyah)
Kumpulan ucapan-ucapannya
Syarah Qasidah Nuniyah
Syarah Hizbul Kabir
Kitabus Shina'ah
Risalah Fis Tasawuf
Ushuluth Thariqoh
Nadzmu Fushulis Saamy
Nadzmu 'Uyubin Nafs
Qawaidut Tasawwuf wa Ushulihi
I'anatul Mutawajih al-Miskin ala Thariqah al-
Fath wat-Tamkin
Qashidah Tsaniyah fil Hats alal 'Uzlah
Adzdzarruy Syariah fi Ushulit Thariqah
Tambih Dzawil Himam 'ala Ma'aanil Alfaadzil
Hikam
As-Silsilah az-Zarruqiyah
Kitabul Jami' Lijumalil Fawaid wal-Manafi'
Al-Mawahibus Saniyah fi Khowashi Nadhzri
Asmail Husna (Ad-Dimyathiyah), Syarah
ringkasan Ad-Dimyathy.
Al-Maqshadul Asmaa bidzikri Himmaty maa
Yataallaqu bijumlatil Asma
Mukhtashar Alal Muqaddimah Alwaghlisiyah
Khanah Ibnu Yusuf
Syarh Mukaddimah al-Quthubiyah
At-Thariqah az-Zaruqiyah
Syarhun Nashihah Al-Kafiyah liman Khashshau
bil 'afiyah
Risalah fil Wa'dzi
Khawashu Asmail Husna
Ad-Durratul Bahiyah
Syarah ala Matnir Risalah
Ta'sis Qawaidul wal Ushul
Risalah fi Ahwaliz Zaman
Fathu Maqamil Asma fi Ba'dh Maa Yataallaqu bil
Asma
Syahul Hikamil Athaiyah
Al-Burdah asy-Syarifah fil Kalam 'ala Ushulit
Thoriqoh
Syarhi Mabahitsil Ashliyah fi Thoriqoh as-
Shufiyah
Ahkamul Hajj
Rusalah Shufiyah
Beliau wafat hari ke 18 bulan Safar tahun 899
h/1493 M, pada usia 54 tahun, meninggal di
Misrathah wilayah Tharablus ibukota Libia, dan
makamnya sangat terkenal disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar