Selasa, 17 Januari 2012

Hakikat Basmalah II

Menurut Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir
Tasawufnya, "Tafsirul Qur'anil Karim"
menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma
Allah, berarti Asma-asma Allah Ta’ala
diproyeksikan yang menunjukkan
keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-
sifat dan Dzat Allah Ta'ala. Sedangkan wujud
Asma itu sendiri
menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan
Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.
Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat
(Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan
Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau
pengertian penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya,
begitu pula bukan bagi pengertian "Tidak
membuat penyifatan".
"Ar- Rahman" adalah predikat yang melimpah
terhadap wujud dan keparipurnaan secara
universal. menurut relevansi hikmah.
dan relevan dengan penerimaan di permulaan
pertama.
"Ar-Rahiim" adalah yang melimpah bagi
keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi
manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya.
Karena itu sering. disebutkan, "Wahai Yang
Muha Rahman bagi Dunia dan akhirat, dan Maha
Rahim bagi akhirat".
Artinya, adalah proyeksi kemanusiaan yang
sempuma, dan rahmat menyeluruh, baik secara
umum maupun khusus, yang merupakan
manifestasi dari Dzat Ilahi. Dalam konteks,
inilah Nabi Muhammad saw. Bersabda, "Aku
diberi anugerah globalitas Kalam, dan aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju)
paripurna akhlak".
Karena. kalimat-kalimat merupakan hakikat-
hakilkat wujud dan kenyataannya. Sebagaimana
Isa as, disebut sebagai Kalimah dari Allah,
sedangkan keparipurnaan akhlak adalah
predikat dan keistimewaannya. Predikat itulah
yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan
yang terkristal dalam jagad kemanusiaan.
Memahaminya sangat halus. Di sanalah para
Nabi - alaihimus salam - meletakkan huruf-
huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai
struktur wujud. Kenyataan ini bisa djtemukan
dalam periode! Isa as, periode Amirul Mukminin
Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan
sebagian masa sahabat, yang secara
keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.
Disebutkan, bahwa Wujud ini muncul dari huruf
Baa’ dari Basmalah. Karena Baa’ tersebut
mengiringi huruf Alif yang tersembunyi, yang
sesungguhnya adalah Dzat Allah. Disini ada
indikasi terhadap akal pertama, yang
merupakan makhluk awal dari Ciptaan Allah,
yang disebutkan melalui firman-Nya, "Aku
tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai
dan lebih Kumuliakan ketimbang dirimu, dan
denganmu Aku memberi. denganmu Aku
mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan
denganmu Aku menyiksa". (Al-hadits).
Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah
ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam
tulisan berjumlah 19 huruf. Apabila kalimat-
kalimat menjadi terpisah. maka jumlah huruf
yang terpisah menjadi 22.
Delapan belas huruf mengisyaratkan adanya
alam-alam yang dikonotasikannya dengan
jumlahnya. 18 ribu alam. Karena huruf Alif
merupakan hitungan sempurna yang memuat
seluruh struktur jumlah. Alif merupakan induk
dari seluruh strata yang tidak lagi ada
hitungan setelah Alif. Karena itu dimengerti
sebagai induk dari segala induk alam yang
disebut sebagai Alam Jabarut, Alam Malakut,
Arasy, Kursi, Tujuh Langit., dan empat anasir,
serta tiga kelahiran yang masing masing
terpisah dalam bagian-bagian tersendiri.
Sedangkan makna sembilan belas, menunjukkan
penyertaan Alam Kemanusiaan. Walau pun
masuk kategori alam hewani, namun alam
insani itu menurut konotasi kemuliaan dan
universalitasnya atas seluruh alam dalam
bingkai wujud, toh ada alam lain yang memiliki
ragam jenis yang prinsip. Ia mempunyai bukti
seperti posisi Jibril diantara para Malaikat.
Tiga Alif yang tersembunyi yang merupakan
pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika
dipisah-pisah, merupakan perunjuk pada Alam
Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat
dan Af 'aal. Yaitu tiga Alam ketika dipisah-
pisah, dan Satu Alam ketika dinilai dari
hakikatnya.
Sementara tiga huruf yang tertulis
menunjukkan adanya manifestasi alam-alam
tersebut pada tempat penampilannya yang
bersifat agung dan manusiawi.
Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi, ketika
Rasulullah saw, ditanya soal Alif yang melekat
pada Baa', "dari mana hilangnya Alif itu?" Maka
Rasulullah saw, menjawab, "Dicuri oleh
Syetan".
Diharuskannya memanjangkan huruf Baa'nya
Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari
Alifnya, menunjukkan penyembunyian
Ketuhanannya predikat Ketuhanan dalam
gambaran Rahmat yang tersebar. Sedangkan
penampakannya dalam potret manusia, tak akan
bisa dikenal kecuali oleh ahlinya. Karenanya,
dalam hadist disebutkan, "Manusia diciptakan
menurut gambaran Nya".
Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat, dan
Sifat tersembunyikan oleh Af'aal. Af'aal
tersembunyikan oleh jagad-jagad dan makhluk.
Oleh sebab itu, siapa pun yang meraih
Tajallinya Af'aal Allah dengan sirnanya tirai
jagad raya, maka ia akan tawakkal. Sedangkan
siapa yang meraih Tajallinya Sifat dengan
sirnanya tirai Af'aal, ia akan Ridha dan Pasrah.
Dan siapa yang meraih Tajallinya Dzat dengan
terbukanya tirai Sifat, ia akan fana dalam
kesatuan. Maka ia pun akan meraih Penyatuan
Mutlak. Ia berbuat, tapi tidak berbuat. Ia
membaca tapi tidak membaca
"Bismillahirrahmaanirrahiim".
Tauhidnya af'aal mendahului tauhidnya Sifat,
dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat. Dalam
trilogi inilah Nabi saw, bermunajat dalam
sujudnya, "Tuhan, Aku berlindung dengan
ampunanmu dari siksaMu, Aku berlindung
dengan RidhaMu dari amarah dendamMu, Aku
berlindung denganMu dari diriMu".

smbr SufiNews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar